memandang gambar yang tersimpan,
hati bergetar,mata menerawang jauh ke tempat itu...
ya, aku rindu...
mereka dan segala yang ada disana...
Minggu, 08 Juli 2012
Rabu, 09 Mei 2012
Rabu, 02 Mei 2012
Di tengah himpitan dan keadaan mereka yang tak seberuntung kita, masih terlihat senyum dan tawa untuk tetap bersemangat mengisi pendidikan dalam sanubari dan perjalanan hidup mereka...
Tidak malukah kita sebagai "manusia yang lebih beruntung nasibnya", menjalani pendidikan yang dijalani dengan setengah hati?? Renungkanlah bersama...
Semoga dari mereka timbul generasi pelurus dan pengarah bangsa menuju jalan yang lebih baik dari sekarang, aamiin
Tidak malukah kita sebagai "manusia yang lebih beruntung nasibnya", menjalani pendidikan yang dijalani dengan setengah hati?? Renungkanlah bersama...
Semoga dari mereka timbul generasi pelurus dan pengarah bangsa menuju jalan yang lebih baik dari sekarang, aamiin
SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL , semoga pendidikan Indonesia bisa membawa bangsa menuju arah yang lebih baik lagi, sekarang dan nanti...
Rumah Singgah Bambu Pelangi, Tangerang Selatan
Minggu, 29 April 2012
one of the most beautiful day
Alhamdulillah...
terima kasih telah Kau hadirkan mereka dalam cerita hidupku
terima kasih telah Kau hadirkan mereka dalam cerita hidupku
my best friends and my "special one" :)
Sabtu, 28 April 2012
terima kasih Tuhan telah Kau hadirkan dia, bidadari pengisi hati dan hari dalam kesunyian hidup ini
semoga ridhoMu selalu menaungi langkah kami untuk bisa tetap berada dalam jalan kebaikan dan menjauhi hal yang memang harus kami hindari
dan semoga aku bisa tetap menjaganya dalam segala keterbatasan dan kesederhanaan yang aku punya
sehingga, ia bisa tetap menjadi bidadari yang selalu memancarkan kebahagiaan baik untuk duniaku maupun akhiratku
aamiin
Jumat, 13 Januari 2012
Yang dibutuhkan adalah ketulusan para pemimpin PSSI
Garuda di dadaku, garuda kebanggaanku, kuyakin hari ini pasti menang...
Nyanyian di atas mungkin akan selalu terdengar saat timnas sepakbola kita bertanding. Tua muda, laki-laki perempuan, berbaur bersama dengan sangat bangga mendukung timnas dengan tak kenal lelah. Tak peduli dengan kerongkongan yang kering berteriak menyemangati laskar-laskar pejuang bangsa di lapangan hijau. Rasa itupun pernah saya rasakan, ketika itu timnas U-23 yang bertanding. Meskipun hanya timnas U-23, saya merasakan totalitas yang luar biasa dari para pencinta sepakbola untuk mendukung para pemain memperoleh kemenangan atas musuh-musuhnya. Masih teringat bagaimana saya dengan tak peduli berteriak saat gol datang, dengan tak malu melompat-lompat dengan kesal saat para pemain timnas gagal memanfaatkan peluang yang ada. Tak peduli dengan skor akhir, yang penting bisa mendukung timnas untuk bermain dengan totalitas dan sportif demi mengharumkan nama bangsa.
Tapi itu dulu…
Kamis, 22 Desember 2011
Ibu
nb : Sebelum para pembaca melihat dan menikmati tulisan di bawah ini, penulis menganjurkan untuk meng-klik tombol "play" di atas agar feel-nya lebih terasa :p
Dan memulai membaca ketika lagu sudah mulai diputar...
Sebuah artikel di majalah National Geographic beberapa tahun yang lalu menampilkan sebuah kejadian yang sangat menyentuh hati. Setelah kebakaran besar yang melanda Taman Nasional Yellowstone, para penjaga hutan naik ke gunung untuk memperkirakan kerusakan akibat bencana tersebut. Seorang penjaga hutan menemukan seekor burung yang telah mati hangus, bertengger kaku di atas tanah di bawah sebuah pohon.Kisah yang sangat menyentuh hati kita sebagai manusia biasa yang penuh dengan kelemahan dan kegalauan. Kisah yang benar-benar memberikan pelajaran yang sangat berharga mengenai sosok seorang wanita mulia bernama ibu. Burung di atas menjadi sebuah simbol akan keberadaan seorang ibu yang rela mati demi anak-anaknya, ibu yang rela berkorban apapun demi anak-anaknya, ibu yang selalu memberi cinta dan kasih yang tiada henti bagi kehidupan anak-anaknya...
Walaupun merasa ngeri melihat pemandangan itu, penjaga hutan ini memukul-mukul pelan bangkai burung ini dengan sebuah tongkat. Ketika ia memukulnya, tiga ekor anak burung kecil muncul dari balik sayap ibunya yang sudah mati. Ibu yang penuh kasih sayang ini, telah membawa anak-anaknya ke bawah pohon dan mengumpulkannya di bawah kedua sayapnya, karena secara insting ia tahu bahwa asap racun akan naik ke atas. Ia bisa saja terbang ke suatu tempat yang aman tetapi ia menolak meninggalkan anak-anaknya yang belum mampu untuk terbang seperti dirinya. Ketika api datang dan panas membakar tubuh kecilnya, si ibu tetap tabah. Karena ia rela mati agar anak-anak yang ada di bawah sayapnya bisa tetap hidup.
sumber : Koin Emas di Tepi Jalan, Mario Seto
Ibu bagaikan malaikat yang diutus Tuhan untuk mendampingi kita, bagaikan sang surya yang menyinari dunia, bagaikan sang bulan yang selalu mendampingi gelapnya malam...
Ibu pelita hati, tanpa dia kita takkan bisa menghirup harumnya dunia, takkan pernah merasakan indahnya dunia.
9 bulan dia mengandung, 9 bulan dia menahan sakit, hanya demi mendengar tangisan pertama kita di dunia yang fana ini...
Langganan:
Postingan (Atom)