Saya menulis postingan ini tepat setelah film berjudul "Pursuit of Happyness" selesai saya tonton. Jika anda belum pernah menonton atau bahkan mendengarnya, saya sarankan untuk segera menonton film tersebut. Banyak nilai dan pelajaran yang bisa kita petik dari film tersebut. Bukannya saya tidak mencintai produk dalam negeri, tetapi dengan menonton film tersebut penilaian saya terhadap kualitas film dalam negeri masih jauh di bawah film luar negeri. Tidak hanya kualitas gambar / teknologi, tetapi yang lebih penting adalah kualitas cerita yang ada dalam film tersebut. Di saat film luar terus berupaya "menggenjot" penggunaan teknologi dalam pembuatan filmnya, film dalam negeri malahan asyik dengan film beradegan sex yang disembunyikan dalam cerita horror. Menurut saya, hal ini malah membuat citra perfilman dalam negeri menjadi melorot. Meskipun, tidak semua film dalam negeri seperti itu, saya menilai masih ada beberapa film yang terus berjuang memajukan citra perfilman dalam negeri di tengah buruknya tren film dalam negeri itu sendiri. Maka, tidak salah jika para penikmat film di Indonesia lebih memilih menonton film buatan luar negeri.
Sebelum saya melanjutkan tulisan saya, saya meminta maaf jika tidak sesuai dengan opini / pendapat para pembaca semua.
Kembali kepada film "Pursuit of Happyness",
Bagi yang belum sempat menontonnya, saya beri sedikit sinopsis film ini. Kenapa sedikit? Karena mungkin sudah terlalu basi untuk meresensi film buatan tahun 2006 ini. Selain itu, sudah banyak web/blogger yang mencoba meresensi film yang dibintangi oleh Will Smith ini.
The Pursuit of Happyness adalah sebuah film biografi buatan tahun 2006 yang menceritakan kisah hidup Chris Gardner, seorang salesman yang berhasil menjadi pialang saham kaya. Film ini menceritakan tentang gigihnya perjuangan seorang ayah yang ingin berbuat yang terbaik untuk buah hatinya. Sang ayah, Chris Gardner (yang diperankan oleh Will Smith) awalnya hanya bekerja sebagai seorang salesman yang menghabiskan seluruh tabungan keluarga untuk membeli franchise untuk menjual scanner tulang (Bone Density Scanner) portable. Namun, usaha tersebut lama kelamaan dirasakan gagal akibat kebanyakan dokter yang ditemui Chris beranggapan bahwa harganya terlalu mahal. Keadaan ini diperparah dengan istrinya,Linda (yang diperankan oleh Thandie Newton) pergi meninggalkan Chris dan pergi ke New York City. Jadilah, Chris menjadi orang tua tunggal bagi anaknya Christoper ( diperankan oleh Jaden Smith).
Banyak kesulitan yang dialami oleh Chris dalam hidupnya, mulai dari menjadi tunawisma, barang dagangan yang dicuri, hingga bagaimana memikirkan pendidikan terbaik bagi putranya. Adegan yang menurut saya paling mengharukan terjadi saat sang ayah terpaksa mencari tempat tidur bagi anaknya, bahkan di kamar mandi stasiun sekalipun...
Di akhir cerita, Chris berhasil menjadi peserta terbaik di sebuah perusahaan pialang Dean Witter Reynolds dan diterima bekerja di sana. Beberapa tahun kemudian, ia mendirikan perusahaan pialang sendiri, Gardner Rich. Pada tahun 2006, ia menjual sebagian kecil sahamnya dan berhasil mendapatkan jutaan dolar dari penjualan itu.
Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari film ini
1. There is a will, there is a way, dimana ada kemauan di situ pasti ada jalan. Selama kita yakin untuk melakukan sesuatu, pasti Tuhan akan memberikan jalan yang terbaik untuk kita. Namun, harus diselingi dengan doa dan usaha yang keras tentunya.
2. Orang tua pasti selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Tak ada satu orang tuapun di dunia ini yang menginginkan anaknya celaka. Pasti ada satu tempat di hati orang tua untuk melihat anaknya bahagia.
Sangat naif jika saya berkata bahwa saya tidak terharu melihat film tersebut. Bagi anda yang ingin melihat dan merasakan perjuangan orang tua2 kita, saya sarankan tonton dan resapi film ini. Film ini mewakili sedikitnya perjuangan tak kenal lelah orang tua bagi anak-anaknya...
Tulisan ini juga saya jadikan sebagai introspeksi diri saya sendiri, tentang bagaimana kita semua melihat orang tua kita sendiri. Mungkin pernah ada suatu saat, kita menyakiti hati orang tua kita. Kita lupa bagaimana cara mereka merawat kita hingga besar seperti ini. Kita lupa bagaimana perjuangan mereka untuk memberikan yang terbaik untuk kita. Kita lupa bagaimana caranya bersyukur kepada Tuhan akan kehadiran orang tua kita.
Mungkin pernah ada suatu saat, orang tua kita tidak bisa memenuhi keinginan kita. Namun, yakinlah pasti ada perasaan bersalah dan menyesal yang timbul dalam hati orang tua kita ketika mereka tidak bisa memberikan sesuatu yang kita inginkan. Mereka akan berjuang sekuat tenaga, mencari kesana kemari, demi memenuhi keinginan kita tersebut.
Apa yang bisa kita berikan sebagai balas jasa untuk mereka, kedua orang tua kita? Tidak ada yang bisa menggantikan balas jasa mereka. Hanya dengan doalah kita bisa sedikitnya memberikan kedamaian yang diberikan Tuhan bagi kehidupan mereka...
:')
Wassalamu 'alaikum wr.wb
0 comments:
Posting Komentar